Sabtu, 23 Mei 2015

Perpisahan (lagi)

Gue udah pernah ngepost tentang perpisahan satu kali, dan sekarang dipost - an kali ini pun gue juga akan menceritakan tentang perpisahan. Kalo dulu ketakutan gue akan perpisahan sahabat. Dan sekarang ketakutan gue akan perpisahan seseorang pun benar - benar terjadi. Orang itu adalah salah satu guru gue, Bu Nisa. Dia juga pernah mengkritik cerpen gue (dulu gue suka nulis cerpen terus nanti dikasih liat gitu ketemen - temen.) dengan kritikan yang sangatlah pedas. Dan juga berhasil membuat gue berhenti menulis cerpen. Tapi bukan cerita itu yang mau gue kasih tau kekalian. Melainkan guru fisika gue ini akan pergi meninggalkan sekolah gue.

Huft.

Gue pernah bilang, bukan takut kehilangan tapi takut berubah. Tapi justru sekarang gue ngerasa gue bener - bener takut kehilangan. Dan mungkin hal yang tidak wajar, sedih karena guru pengen keluar. Walaupun guru gue ini resenya nauzubillah, isengnya juga mantep banget, yang rencananya mau beli buku karya gue dan temen - temen tapi ampe sekarang setiap ditanyain jadi beli apa nggak jawabannya selalu "Ane lagi gapunya duit, kamu yang bayar aja ya nanti kasih ke saya." Sambil merogoh kantong yang isinya cuman 2 ribu udah lecek. Dan juga suka banget ngelemparin barang apa aja yang dideketnya lalu dilempar ke gue. Tetep aja pas tau dia bakal gak ngajar lagi air mata gue tumpah. Pada saat gue minta menceritakan kenapa harus pindah, dan guru gue pun menceritakannya sambil berkaca - kaca gitu, gue berfikir sambil marah - marah sendiri (yang pastinya dalem hati.)
"Kenapa sih, setiap yang gue rasa bakalan baik - baik aja, selalu kenapa - kenapa."
"Karena yang bukan siapa - siapa gak bakalan kenapa - kenapa." Suara hati gue berkata seperti itu, dari situ gue menyimpulkan gue memang nggak mau ada perpisahan di hidup gue. Lu semua juga pasti seperti itu. Tapi dimana ada kata Hai yang terucap pasti bakalan ada selamat tinggal yang menyedihkan. Dan dari suara hati gue itu juga gue tahu kalau gue bukan siapa - siapanya pasti gue bakalan baik - baik aja, gue bakalan ngerasa tuh kayak "Oh keluar, yaudah." Tapi gue siapa - siapanya guru gue. Sejahat - jahatnya beliau dulu mengkritik cerpen gue pasti ada saran tersendiri yang membuat gue harus bikin suatu karya yang lebih bagus lagi, lebih bekerja keras lagi untuk menjual buku karya gue dan teman - teman, yang masih ada 75 buah lagi yang harus dijual, dan juga beliau pasti mau gue harus fokus mendengarkannya supaya gak dilempar sendal. Beliau ingin dihargai. Ya, dan juga gue belajar setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, gue harus bersyukur diantara ribuan orang yang pernah gue lihat dijalan walau hanya lewat begitu saja, gue tidak sempat mengucapkan hai yang akan diakhiri dengan selamat tinggal yang pastinya akan membuat gue tidak bisa merasakan kebahagiaan.

0 comments:

Posting Komentar

Vira Adriani. Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts